Selamat pagi kawan,
Agak terdengar aneh memang judul posting saya kali ini. Tapi
inilah kenyataan yang ada dan terjadi di kehidupan sehari-hari, bahkan lebih parahnya
lagi terlanjur dinobatkan sebagai kebiasaan atau budaya yang seakan tidak bisa
dirubah.
Ada yang pernah mengalami atau memiliki anak di usia 10-11
tahun yang membangkang, sulit dinasehati, malas belajar, benci sekolah?
Tenang, bagi yang pernah mengalami hal tersebut diatas bukan
anda yang keliru. Bagi yang memiliki anak yang mempunyai kepribadian seperti
yang saya sebutkan diatas juga bukan ANAKnya yang keliru. Lalu, siapa yang
keliru sebenarnya? Pertanyaan yang langsung seketika muncul dikepala ketika
membaca tulisan saya.
Makin banyak fenomena baru anak sekolah saat ini bukanlah
suatu kemajuan, melainkan penurunan kinerja otak secara bertahap dan
berkelanjutan atau biasa disebut dengan Brain
Down Shifting. Kenapa itu bisa terjadi? Siapa yang keliru? Semakin
bertambah lagi pertanyaannya yang ditujukan kepada saya.
Oke, saya akan jawab berdasarkan urutannya. Siapa yang
keliru? Yang keliru adalah ORANG TUA anda jika anda yang mengalami. Berikutnya yang keliru adalah ANDA sebagai ORANG TUA
jika anda memiliki anak yang
membangkang, sulit dinasehati ,malas belajar, benci sekolah dan sebagainya. Loh, kok bisa begitu? Tambah satu lagi kan pertanyaannya.
Kenapa penurunan kinerja otak atau Brain Down Shifting bisa terjadi? Hal itu terjadi tanpa pernah
menyadari bahwa kegiatan “belajar” sering kali dilakukan dengan cara yang tidak
sesuai potensi diri dan kebutuhan otak. Inti sederhananya semuanya dilakukan
hanya untuk memenuhi keinginan tanpa memperhatikan kebutuhan. Tak jarang
potensi yang dimiliki tertutup atau bahkan hilang dengan “suapan” materi
pengetahuan yang tidak semestinya. Padahal otak manusia bekerja sangat luar
biasa.
Saya berikan contoh sederhana, jika pengetahuan kita
ibaratkan makanan. Maka kita harus mengetahui kapan kita membutuhkannya dan
berapa kapasitas makanan yang bisa di konsumsi oleh tubuh kita. Bayangkan jika
anda sudah kenyang, tapi masih diberikan “suapan” makanan hingga melebihi
kapasitas yang bisa anda konsumsi apa yang akan terjadi?
Berguna atau tidak makanan yang telah masuk ke tubuh anda?
Malah menyakiti anda tentunya.
Ya gambaran itu adalah kenyataan yang terjadi hingga saat
ini. Selama kalau membicarakan tentang kebutuhan otak maka yang ada dipikiran
adalah mengasah otak secara optimal melalui kegiatan belajar dan
mengajar,mengisi memori sebanyak-banyaknya dengan banyak data yang harus
dihafalkan. Semua yang terjadi adalah kenyataan pahit yang dialami anak sehari-hari
di sekolah, celakanya di rumah pun anak masih diharuskan oleh orang tua berkutat
dengan kegiatan tersebut.
Sudah saya jawab pertanyaan yang hadir di pikiran anda.
Lalu, bagaimana solusi terbaiknya untuk menyelesaikan persoalan tersebut?
Solusinya mudah, yaitu:
- Ketahui potensi anak semenjak usia dini (5 – 6 tahun) atau usia saat ini.
- Ubah pola asuh di rumah yang bersifat instruktif menjadi PROAKTIF.
- Ubah sudut pandang anda memaksakan keinginan yang tidak anda capai kepada anak.
- Ubah pola pemikiran anda yang pasrah dengan “biasanya begitu” atau “sudah kewajiban anak begitu”.
- Siapkan mental anda menerima MIND TRANSFORM terbaru sebagai ORANG TUA yang baik.
Untuk mengetahui potensi diri secara lengkap bisa mengikuti
PROGRAM JELAJAH POTENSI dengan menggunakan metode SELF. Apa pentingnya
mengetahui potensi diri?
Posting selanjutnya saya akan membahas pentingnya mengetahui
potensi diri sejak usia dini. Semoga bermanfaat sharing saya kali ini.
Point:
Tindakan benar hanya diketahui dari evaluasi tindakan keliru.
NOW Simplify for Happy Life,
0 comments:
Post a Comment